BBKSDA Sulsel Gali Aspirasi Masyarakat Penyangga Taman Nasional Gandang Dewata

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan menggelar kegiatan "Sosialisasi Pengelolaan Taman Nasional Gandang Dewata (TNGD)" secara serentak di empat desa penyangga pada Senin, 29 September 2025. Kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membangun kesepahaman dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pelestarian kawasan konservasi melalui skema kemitraan.

Okt 8, 2025 - 08:54
 2
BBKSDA Sulsel Gali Aspirasi Masyarakat Penyangga  Taman Nasional Gandang Dewata
Dokumentasi KSDA Sulsel
hkan-2025
hkan-2025

BBKSDA Sulsel Gali Aspirasi Masyarakat Penyangga

Taman Nasional Gandang Dewata

 

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan menggelar kegiatan "Sosialisasi Pengelolaan Taman Nasional Gandang Dewata (TNGD)" secara serentak di empat desa penyangga pada Senin, 29 September 2025. Kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membangun kesepahaman dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pelestarian kawasan konservasi melalui skema kemitraan. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari pendekatan Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Padiatapa), sebagai syarat etis sebelum pelaksanaan program-program di kawasan TNGD. Sosialisasi berlangsung di Desa Kinatang, Salutiwo, Mokallang, Sikamase, dan Gandang Dewata, dengan total 163 peserta dari berbagai elemen masyarakat.

Narasumber dari BBKSDA Sulawesi Selatan membawakan materi "Pengelolaan TNGD dan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat" dan akademisi dari Universitas Sulawesi Barat dengan materi "Manfaat Konservasi Sumber Daya Alam Hayati bagi Masyarakat". Diskusi berlangsung aktif dan dipandu oleh Kepala Desa di masing-masing lokasi. Melalui sesi pemaparan materi dan diskusi, berbagai masukan, harapan, dan kekhawatiran dari masyarakat berhasil diidentifikasi:

·           Desa Mokallang dan Sikamase: Masyarakat menyambut baik kegiatan sosialisasi dan berharap difasilitasi dalam pengelolaan lahan serta pemberdayaan ekonomi, mengingat mayoritas masyarakat adalah petani. Selain menyampaikan potensi lokal seperti kakao, kopi, madu, tenun, durian, dan terong belanda, serta kearifan lokal seperti panggala dipamanda (hutan ritual) dan pangala diombo (hutan produktif) dapat diakomodasi dalam perencanaan kawasan. Mereka juga meminta kejelasan terkait zonasi di dalam kawasan TNGD.

·           Desa Kinatang: Kekhawatiran utama masyarakat adalah status kebun kakao dan kopi yang berada di dalam kawasan konservasi. Mereka takut terkena sanksi hukum, dan menginginkan kepastian kebijakan serta pemahaman tentang zonasi TNGD.

·           Desa Gandang Dewata: Masyarakat menyatakan dukungan penuh terhadap pengelolaan taman nasional dan menyebut tidak ada konflik batas dengan kawasan. Sebagai salah satu jalur pendakian resmi, masyarakat membutuhkan dukungan dalam pengelolaan jalur pendakian. Terdapat juga kekhawatiran dari pemandu lokal bersertifikat terkait persaingan dengan pemandu dari luar desa.

·           Desa Salutiwo: Masyarakat berharap adanya program bantuan ekonomi, khususnya untuk budidaya kakao dan pengembangan wisata air terjun. Mereka juga meminta penjelasan konkrit tentang bentuk pemberdayaan masyarakat serta batas zonasi TNGD.

Hasil sosialisasi ini akan menjadi dasar bagi BBKSDA Sulawesi Selatan dan Forest Programme IV untuk merancang program pemberdayaan masyarakat yang partisipatif dan dan berkelanjutan. Program ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan riil masyarakat sekaligus menjaga kelestarian TNGD.

Dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, BBKSDA Sulawesi Selatan menegaskan komitmen untuk mewujudkan pengelolaan kawasan konservasi yang tidak hanya lestari secara ekologis, tetapi juga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

 

Sumber Berita:

BBKSDA Sulawesi Selatan

Call Center BBKSDA Sulsel:

08114600883

 

Apa Reaksi Anda?

Suka Suka 0
Tidak Suka Tidak Suka 0
Cinta Cinta 0
Lucu Lucu 0
Marah Marah 0
Sedih Sedih 0
Wow Wow 0